Sudah tidak ada air mata di negeriku
Menetes untuk setiap kepeng tercecar dalam tiap saku celana
Mengalir nan jauh kelemba dosa untuk para pemuda
Membasahi kubur para saudaranya yang tak memiliki harapan
Ketika burung – burung ababil menjatuhkan batu – batu neraka
Tepat di atas dapur – dapur, luluh lantah semuanya
Tak ada alat untuk masak meski di sawah padi melimpah
Sudah tidak ada air mata di negeriku
Hanya kelopak mata menjadikan bertahan
Sudah tidak ada senyum dan tawa di negeriku
Saat malaikat – malaikat kecil tumbuh dari bumi
Sebab, tlah lelah membedakan antara malaikat dan setan
Sebab, setan di negeri ini terkadang malaikat
Sebab, malaikat di negeri ini setan
Sudah tak ada air mata di negeriku
Toh, mereka yang sakit tetap sakit
Tak ada perubahan, tetap merintih kesakitan
Tetap menikmati setiap kesakitan dengan terus berjalan
Pada tiap masa nan begitu lama
Hingga air mata dinegeriku mengering
Sampai pada saatnya ketaman peraduan
Menetes untuk setiap kepeng tercecar dalam tiap saku celana
Mengalir nan jauh kelemba dosa untuk para pemuda
Membasahi kubur para saudaranya yang tak memiliki harapan
Ketika burung – burung ababil menjatuhkan batu – batu neraka
Tepat di atas dapur – dapur, luluh lantah semuanya
Tak ada alat untuk masak meski di sawah padi melimpah
Sudah tidak ada air mata di negeriku
Hanya kelopak mata menjadikan bertahan
Sudah tidak ada senyum dan tawa di negeriku
Saat malaikat – malaikat kecil tumbuh dari bumi
Sebab, tlah lelah membedakan antara malaikat dan setan
Sebab, setan di negeri ini terkadang malaikat
Sebab, malaikat di negeri ini setan
Sudah tak ada air mata di negeriku
Toh, mereka yang sakit tetap sakit
Tak ada perubahan, tetap merintih kesakitan
Tetap menikmati setiap kesakitan dengan terus berjalan
Pada tiap masa nan begitu lama
Hingga air mata dinegeriku mengering
Sampai pada saatnya ketaman peraduan