Selasa, 02 November 2010

PERANAN TUBAN PADA MASA KERAJAAN HINDU-BUDHA

Kabupaten Tuban pada jaman dulu lebih dikenal dengan nama Kambang Putih adalah salah satu daerah yang menorehkan catatan penting dalam sejarah nasional Indonesia, bahkan dunia. Letak geografis Kambang Putih di jalur pantai utara Jawa menjadikan wilayah ini menjadi jalur lalulintas perdagangan tempo dulu. Oleh karena itu, Kambang Putih merupakan bekas bandar tua yang pernah membuka diri sebagai tempat persinggahan bagi pedagang-pedagang sejak jaman kerajaan Medang sampai Mataram Islam.
Tuban sebagai kota pelabuhan, memiliki karekteristik yang terbentuk dari kontak dengan dunia luar terkait perannya sebagi jalur lalulintas perdagangan dunia. Tuban sanggup kokoh melintasi waktu yang begitu panjang yaitu mekarnya Medang 1019 sampai kerajaan Mataram Islam 1619.

Pada masa Airlangga, Kambang Putih dijadikan Bandar lalulintas perdagangan antar Negara. Hal ini berkait dengan letak pelabuhan Hujung Galuh yang berada di pedalaman sehingga hanya mampu dijadikan jalur lalu-lintas perniagaan antar pulau. Selain itu, hal lain yang menjadi pertimbangan adalah tersedianya sumber air tawar yang cukup banyak di dekat pelabuhan. Kondisi objektif menunjukkan bahwa sampai sekarang di bibir pantai sebelah timur Boom Tuban masih terdapat sumber air tawar yang terus merembes dari bebatuan karang. Selain sumber air yang muncul dari batu karang, kira-kira 100 meter ke arah barat terdapat sumur Srumbung.
Guna menarik para pedagang asing untuk singgah di Kambang Putih dan memajukan perniagaan di sana, Airlangga mengambil kebijakan penting. Beberapa jenis pajak dibebaskan oleh Airlangga. Jalan darat dari daerah pedalam menuju ke Kambang Putih di perbaiki dan lalulintas diatur dengan rapi supaya lalulintas darat berjalan lancar.
Pada masa kerajaan Jenggala dan Panjalu, wilayah Tuban menjadi daerah kekuasaan Panjalu yang penting. Ketika perang saudara antara Panjalu dan Jenggala, Kambang Putih menjadi salah satu daerah yang turut membantu penyerangan ke Istana Jenggala. Hal ini termaktub dalam prasasti Kambang Putih, diceritakan Raja Sri Maharaja Mapanji Garasakan memberikan anugrah kepada kepala desa berupa tanah perdikan (otonomi) serta beberapa jenis pajak dibebaskan oleh sang raja. Selain Kambang Putih, daerah Tuban lain yang berjasa adalah Malenga. Malenga diperkirakan adalah salah satu daerah di wilayah Rengel Tuban. Pada prasasti Malenga diceritakan bahwa raja Mapanji Garasakan memberikan anugerah berupa tanah sima kepada masyarakat Malenga karena telah membantu raja dalam mengusir Haji Linggajaya sehingga terusir dari Istana Tanjung.
Pada masa Kerajaan Singosari di bawah kekuasaan Raja Kertanegara, bermaksud memperluas kekuasaan sampai ke luar negeri. Sikap Kertanegara ini di dasarkan sebagai langkah antisipasi invasi Kubilai Khan ke Nusantara. Karena untuk menghadapi pasukan Kubilai Khan dibutuhkan kekuatan-kekuatan lain yang besar. Maka, Kertanegara memberangkatkan pasukan untuk menaklukan daerah Melayu dibawah Panji Singosari dengan maksud agar dapat membantu Singosari dalam menghalau pasukan Kubilai Khan. Pemberangkatan pasukan Singosari ke Melayu dilakukan dari dermaga yang ada di Tuban. Hal ini di ceritakan dalam kitap pararaton, bahwa Pasukan Singosari berlayar ke Melayu bertolak dari pelabuhan yang ada di Tuban. Peristiwa tersebut kemudian lebih dikenal dengan Ekspidisi Pamalayu
Pada masa Majapahit, pelabuhan Tuban semakin berkembang pesat seiring dengan niat Majapahit untuk melakukan ekspansi keluar Jawa. Tuban dijadikan pelabuhan tempat masuknya upeti ke majaphit yang dibayarkan oleh wilayah-wilayahnya di luar Jawa. Tuban berkembang menjadi “entrepot” yang tidak hanya menjadi pusat pertemuan perdagangan dari berbagai negeri, tetapi juga mengimpor dan mengekspor barang-barang yang berasal dari berbagai negeri. Selain itu keberadaan pelabuhan Tuban juga mengangkat status social bangsawan-bangsawan Majapahit. Karena barang-barang yang dijual di pelabuhan adalah barang-barang berharga seperti Sutera, Logam Mulia, Batu Mulia. Sebagian barang-barang itu kemudian di serahkan kepada penguasa Majapahit sebagai Upeti.
Dari masa-kemasa Tuban memberikan sumbangan luar biasa kepada raja Hindu-Budha. Baik secara Politik, Ekonomi, dan Sosial. Politik, Banyak wilayah yang ditaklukan oleh para raja melalui bantuan masyarakat Tuban dan Pelabuhannya. Ekonomi, Tuban menjadi pelabuhan dagang Internasional. Sosial, adanya pelabuhan Tuban mengangkat derajat social para bangsawan karena banyak upeti berupa barang berharga yang berasal dari pelabuhan Tuban, diserahkan oleh pedagang asing.