Kepada: Mawar merah di kebun hatiku
Ku hirup oksigen dan ku suntikkan dalam darah
Mengalir keseluruh raga
akankah ada yang marah
ku lihat wajahmu lalu kusimpan senyummu sebagai rindu
akankah ada yang berang padaku
Malam dan pagi senantiasa membisikkan rindu
Mengatakan padaku bahawa jatuh cinta adalah anugrah terindah
Tuhan Yang Maha Esa awal dari kesempurnaan ibadah
Senja semakin memerah dan merekah
Mengisyaratkan petang akan datang
Cinta tak kunjung datang,
Namun senyummu datang tak diundang
menghiasi ranum senja yang tlah petang
Menjumlahkan kebimbangngan
Mengalkulasikan tanda tanya
Kembali harus ku ulangi kutatap matamu
Memastikan tak ada lagi keraguan dalam hatiku
Meski aku semakin meragu dengan tatapan tajam matamu
Pandangan kosong, tajam menusuk hatiku
Akankah ada dusta yang engkau dustakan
Sungguh hal yang mengherankan ada senyum dan tatapan demikian masih bertahan
Ku hirup oksigen dan ku suntikkan dalam darah
Mengalir keseluruh raga
Menjadi racun dalam jiwa
akankah aku mati dari dunia akademisi
Ku hirup oksigen dan ku suntikkan dalam darah
Mengalir keseluruh raga
akankah ada yang marah
ku lihat wajahmu lalu kusimpan senyummu sebagai rindu
akankah ada yang berang padaku
Malam dan pagi senantiasa membisikkan rindu
Mengatakan padaku bahawa jatuh cinta adalah anugrah terindah
Tuhan Yang Maha Esa awal dari kesempurnaan ibadah
Senja semakin memerah dan merekah
Mengisyaratkan petang akan datang
Cinta tak kunjung datang,
Namun senyummu datang tak diundang
menghiasi ranum senja yang tlah petang
Menjumlahkan kebimbangngan
Mengalkulasikan tanda tanya
Kembali harus ku ulangi kutatap matamu
Memastikan tak ada lagi keraguan dalam hatiku
Meski aku semakin meragu dengan tatapan tajam matamu
Pandangan kosong, tajam menusuk hatiku
Akankah ada dusta yang engkau dustakan
Sungguh hal yang mengherankan ada senyum dan tatapan demikian masih bertahan
Ku hirup oksigen dan ku suntikkan dalam darah
Mengalir keseluruh raga
Menjadi racun dalam jiwa
akankah aku mati dari dunia akademisi